Banjarnegara adalah salah satu daerah dengan kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah. Saat ini Banjarnegara ada di urutan kelima dibandingkan daerah lain di Jateng. Bersama Purbalingga di urutan keempat, Wonosobo di urutan kedua, dan Kebumen yang memiliki persentase penduduk miskin paling tinggi di Jateng.
Karakteristik kemiskinan di wilayah-wilayah tersebut relatif sama. Seperti Banjarnegara dan Wonosobo, keduanya merupakan daerah yang landlocked, tidak memiliki bandara,stasiun KA, maupun pelabuhan. Sehingga akses transportasi relatif terbatas jika dibandingkan daerah lain. Yang tentu saja akan berpengaruh pada daya saing daerah tersebut.
Kemiskinan di wilayah-wilayah seperti ini memiliki karakter ketimpangan yang tinggi. Indikator yang digunakan BPS, yaitu Poverty Gap Index menunjukan bahwa di Banjarnegara, pendapatan orang yang paling miskin masih jauh dibawah garis kemiskinan.
Kondisi ini juga menunjukan adanya ketimpangan pendapatan yang tinggi.
Dari data PDRB per Kecamatan, sekitar 51% perekonomian Banjarnegara berputar di sekitar jalur jalan nasional. tetapi di saat yang sama, Kecamatan seperti Mandiraja, Susukan dan Purwonegoro termasuk dalam 5 besar wilayah dengan tingkat kemiskinan paling tinggi.
Lalu apakah investasi yang dilakukan Pemerintah Daerah tidak dapat menurunkan angka kemiskinan? Tentu saja peran APBD dalam menurunkan kemiskinan sangat terasa. Angka kemiskinan di Banjarnegara menurun dari tahun ke tahun. Beberapa tahun lalu kita masih ada di urutan 3 besar kemiskinan tertinggi di Jateng. Saat ini, walaupun masih tinggi,tetapi data menunjukan ada perubahan kearah yang lebih baik.
Yang perlu dipahami adalah investasi di sebuah daerah tidak bisa serta merta menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Dalam ilmu ekonomi, konsep ini dikenal dengan time lag Investasi. BPS Banjarnegara menerbitkan laporan yang sangat menarik mengenai konsep ini. namanya Analisis ICOR Kabupaten Banjarnegara.
Dari laporan tersebut diketahui bahwa untuk menimbulkan dampak pada output, investasi di Banjarnegara membutuhkan waktu setidak-nya dua tahun.
Sementara rasio ICOR (Incremental Capital Output Ratio) di Banjarnegara adalah 4,71.Artinya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan, yaitu 5,5%, Banjarnegara butuh investasi sebesar Rp 4,23 triliun.