Berita bulan ini

Berdaya dengan Ecoprint

Batik ecoprint merupakan salah satu inovasi modern dalam dunia tekstil tradisional Indonesia yang menggabungkan unsur seni, alam, dan keberlanjutan. Berbeda dengan batik konvensional yang menggunakan malam (lilin) dan pewarna sintetis, batik ecoprint memanfaatkan bahan-bahan alami, terutama dedaunan, bunga, dan kulit kayu, sebagai elemen utama dalam proses pewarnaan dan pembentukan motif.
Bahan dan Warna bahan utama dalam pembuatan batik ecoprint adalah kain serat alami seperti katun, sutra, linen, atau rayon. Jenis kain ini mampu menyerap warna alami dengan baik. Daun-daunan seperti daun jati, daun jarak, daun rambutan, dan bunga-bungaan seperti bunga kembang sepatu dan bunga telang digunakan karena mengandung zat pewarna alami (tannin dan flavonoid) yang mampu meninggalkan jejak warna serta motif pada kain. Warna yang dihasilkan cenderung alami dan earthy, seperti cokelat, hijau, kuning, dan ungu.
Proses Pembuatan Proses pembuatan batik ecoprint dimulai dengan pencucian kain untuk menghilangkan kanji dan kotoran. Setelah dikeringkan, kain dicelupkan ke dalam larutan mordant (biasanya tawas, tunjung atau kapur) untuk membantu fiksasi warna. Daun atau bunga disusun di atas kain sesuai dengan desain yang diinginkan, lalu kain digulung rapat dan dikukus selama 1–2 jam. Setelah proses pemanasan selesai, kain didiamkan selama 24 jam sebelum dibuka, lalu dicuci dan dikeringkan. Motif alami dari daun dan bunga akan tercetak dengan detail artistik dan unik, tidak ada hasil yang sama satu dengan lainnya.
Pangsa Pasar dan Harga Pangsa pasar batik ecoprint semakin luas seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk ramah lingkungan dan keberlanjutan. Produk ini sangat diminati oleh kalangan pecinta fashion etnik, desainer lokal maupun mancanegara, serta komunitas pecinta lingkungan. Kain batik ecoprint juga telah merambah pasar ekspor, terutama ke negara-negara seperti Jepang, Jerman, dan Belanda.
Dari sisi harga, batik ecoprint dijual bervariasi tergantung bahan kain, kompleksitas motif, dan ukuran. Harga kain ecoprint mulai dari Rp150.000 hingga Rp500.000 per meter, sementara produk jadi seperti scarf, baju, atau tas bisa mencapai Rp300.000 hingga jutaan rupiah tergantung desain dan kualitas pengerjaan.
Batik ecoprint tidak hanya menjadi karya seni yang mempercantik tampilan, tetapi juga menjadi simbol kepedulian terhadap lingkungan dan pelestarian budaya lokal.
Dinsos PPPA Kabupaten Banjarnegara melalui Bidang Penanganan Fakir Miskin pernah bekerjasama dengan BBPPKS (Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial) Yogykarta tepatnya pada tahun 2022 untuk melakukan kegiatan Pelatihan Ecoprint bagi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang anggotanya adalah Keluarga Penerima Manfaat PKH, pelatihan ini cukup berhasil selain di bekali skill dalam membuat kain ecoprint dengan motif yang menarik juga di bekali dengan materi strtegi pemasarannya, dan pada tahun 2024 Dinsos PPPA juga memberikan stimulan modal kepada dua KUBE yang di nilai konsisten dalam melanjutkan dan mengembangkan usaha kain ecoprint ini yaitu KUBE Parisjaya yang ada di Kecamatan Wanadadi serta KUBE Singo Galuh yang ada di Kecamatan Singamerta dengan stimulus modal usaha masing-masing Rp.15 Juta ini merupakan salah satu bentuk hadirnya pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam rangka mendorong pelaku usaha mikro dalam hal ini KUBE yang beranggotakan orang-orang kurang mampu, dengan tujuan panjangnya adalah mereka akan berdaya, mandiri dan lepas dari bansos.

oleh :
Luqman Nurhidayat, S.E